OKU Timur, PS – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten OKU Timur mencatat sebanyak 12 kasus HIV/AIDS terjadi di wilayah ini sepanjang Januari hingga Juni 2025. Fakta mengkhawatirkan, mayoritas penderita adalah laki-laki berusia produktif, dengan pola penularan terbanyak berasal dari hubungan seksual berisiko, baik heteroseksual maupun sesama jenis (LGBT).
Hal ini diungkapkan oleh Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes OKU Timur, Umaidah Kosim, SSi, Apt, MKes, mewakili Kepala Dinas Kesehatan Yakub, SKM, MKes, pada Senin (28/7/2025).
“Kami mengimbau masyarakat untuk menghindari perilaku seksual berisiko. Jika merasa memiliki riwayat atau gejala mencurigakan, segera lakukan pemeriksaan di layanan kesehatan terdekat,” ujarnya.
Terapi dan Layanan Gratis
Seluruh penderita HIV/AIDS yang terdeteksi saat ini telah menjalani pengobatan rutin menggunakan terapi Antiretroviral (ARV) yang tersedia secara gratis di fasilitas kesehatan seperti RSUD OKU Timur dan Puskesmas tertentu. Layanan ini juga disertai pendampingan dan konseling intensif guna menjaga kualitas hidup pasien.
Selain itu, Dinkes juga menyediakan layanan VCT (Voluntary Counseling and Testing) serta konseling keluarga, yang aktif dilakukan di seluruh Puskesmas. Proses pemantauan rutin dilakukan oleh tenaga medis terlatih.
Stigma Masih Jadi Tantangan
Meski layanan tersedia, Umaidah mengakui tantangan utama masih terletak pada stigma sosial yang melekat pada penderita HIV/AIDS.
Banyak orang enggan memeriksakan diri karena takut diketahui lingkungan atau mendapat perlakuan diskriminatif.
“Padahal, deteksi dini sangat penting untuk mencegah penularan lebih luas dan meningkatkan harapan hidup penderita,” tegasnya.
Edukasi Digencarkan
Sebagai langkah pencegahan, Dinkes OKU Timur terus menggencarkan edukasi dan sosialisasi ke berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pelajar, komunitas, hingga lingkungan kerja.
Edukasi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap cara penularan HIV, serta pentingnya menjaga pola hidup sehat dan bertanggung jawab secara seksual.
Penanganan Komprehensif
Dinkes menegaskan bahwa HIV/AIDS bukan hanya masalah medis, tetapi juga menyangkut aspek sosial dan psikologis.
Oleh karena itu, penanganan dilakukan secara komprehensif, mencakup edukasi, layanan kesehatan yang ramah, dan dukungan psikososial yang berkelanjutan. (®)
Discussion about this post